Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rangkuman Materi PAI Kelas 10 Bab 4 Kurikulum Merdeka

 Assalamualaikum Wr Wb,

Halo sahabat pendidikan dimanapun anda berada, salam sejahtera bagi kita semua.

Pada Kesempatan kali ini saya sebagai admin akan memberikan informasi tentang rangkuman materi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam jenjang SMA kelas 10 Bab 4


Bab 4 - Mu'amalah 

A. Pengertian Mu'amalah

Mu’amalah dalam kamus Bahasa Indonesia artinya hal-hal yang termasuk urusan kemasyarakatan (per­­gaulan, perdata, dan sebagainya). Sementara dalam fiqh Islam berarti tukar-menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditempuhnya, seperti jual-beli, sewa-menyewa, upah-mengupah, pinjam-meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya. 

Dalam melakukan transaksi ekonomi, seperti jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang, dan pinjam-meminjam, Islam melarang beberapa hal di antaranya seperti berikut:

1. Tidak boleh mempergunakan cara-cara yang batil

2. Tidak boleh melakukan kegiatan riba

3. Tidak boleh dengan cara-cara dzalim (aniaya)

4. Tidak boleh mempermainkan takaran, timbangan, kualitas, dan kehalalan. 

5. Tidak boleh dengan cara-cara spekulasi/berjudi. 

6. Tidak boleh melakukan transaksi jual-beli barang haram. 


B. Macam-macam Mu'amalah

Sebagaimana telah dijelaskan di atas tentang macam-macam mu’amalah, di sini akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.

1. Jual-Beli

Jual-beli menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar-menukar benda untuk memiliki benda tersebut selamanya. Melakukan jual-beli dibenarkan, sesuai dengan firman Allah Swt. berikut ini:

Apabila jual-beli itu menyangkut suatu barang yang sangat besar nilainya, dan agar tidak terjadi kekurangan di belakang hari, Al-Qur’an menyarankan agar dicatat, dan ada saksi, lihatlah penjelasan ini pada Q.S. al-Baqarah/2: 282. 

A. Syarat-Syarat Jual-Beli 

Syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Islam tentang jual-beli adalah sebagai berikut. 

1) Penjual dan pembelinya haruslah: 

    a) balligh, 

    b) berakal sehat, 

    c) atas kehendak sendiri. 

2) Uang dan barangnya haruslah: 

    a) halal dan suci. Haram menjual arak dan bangkai, begitu juga babi dan berhala, termasuk lemak bangkai tersebut; 

    b) bermanfaat. Membeli barang-barang yang tidak bermanfaat sama dengan menyia-nyiakan harta atau pemboros.

    c) Keadaan barang dapat diserah terimakan. Tidak sah menjual barang yang tidak dapat diserah terimakan

    d) Keadaan barang diketahui oleh penjual dan pembeli. 

    e) Milik sendiri

3) Ijab Qobul 

    Seperti pernyataan penjual, “Saya jual barang ini dengan harga sekian.” 

    Pembeli menjawab, “Baiklah saya beli.” 

    Dengan demikian, berarti jual-beli itu berlangsung suka sama suka. 

    Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya jual-beli itu hanya sah jika suka sama suka.” (HR. Ibnu Hibban)


B. Khiyar

Khiyar adalah bebas memutuskan antara meneruskan jual-beli atau membatalkannya. Islam memperbolehkan melakukan khiyar karena jual-beli haruslah berdasarkan suka sama suka, tanpa ada unsur paksaan sedikit pun. Penjual berhak mempertahankan harga barang dagangannya, sebaliknya pembeli berhak menawar atas dasar kualitas barang yang diyakininya. Rasulullah saw. bersabda, “Penjual dan pembeli tetap dalam khiyar selama keduanya belum berpisah. Apabila keduanya berlaku benar dan suka menerangkan keadaan (barang)nya, maka jual-belinya akan memberkahi keduanya. Apabila keduanya menyembunyikan keadaan sesungguhnya serta berlaku dusta, maka dihapus keberkahan jual-belinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Macam-Macam Khiyar 

a) Khiyar Majelis, adalah selama penjual dan pembeli masih berada di tempat berlangsungnya transaksi/tawar-menawar. Keduanya berhak memutuskan meneruskan atau membatalkan jual-beli. Rasulullah saw. bersabda, “Dua orang yang berjual-beli, boleh memilih akan meneruskan atau tidak selama keduanya belum berpisah.” (HR. Bukhari dan Muslim). 

b) Khiyar Syarat, adalah khiyar yang dijadikan syarat dalam jual-beli. Misalnya penjual mengatakan, “Saya jual barang ini dengan harga sekian dengan syarat khiyar tiga hari.” Maksudnya penjual memberi batas waktu kepada pembeli untuk memutuskan jadi tidaknya pembelian tersebut dalam waktu tiga hari. Apabila pembeli mengiyakan, status barang tersebut sementara waktu (dalam masa khiyar) tidak ada pemiliknya. Artinya, si penjual tidak berhak menawarkan kepada orang lain lagi. Namun, jika akhirnya pembeli memutuskan tidak jadi, barang tersebut menjadi hak penjual kembali. Rasulullah saw. bersabda kepada seorang lelaki, “Engkau boleh khiyar pada segala barang yang engkau beli selama tiga hari tiga malam.” (HR. Baihaqi dan Ibnu Majah) 

c) Khiyar Aibi (cacat), adalah pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya jika terdapat cacat yang dapat mengurangi kualitas atau nilai barang tersebut, namun hendaknya dilakukan sesegera mungkin.